STUDI
KASUS KONSTRUKSI JALAN DI ATAS LAHAN BASAH DENGAN PERKUATAN GEOTEXTILE , SISTEM
PONDASI CAKAR AYAM DAN SISTEM PONDASI CERUCUK
1.
Metoda
Perencanaan Dengan Analisa Limit Equilibrium
Sebagai studi kasus ,
pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotextile di
Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau. Jalan yang dibangun di daerah ini
melewati beberapa dataran rendah yang tertutup tanaman bakau dan terpengaruh
pasang surut. Penyelidikan tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa lapisan tanah
lunak sampai kedalaman 15m di bawah permukaan tanah. Nilai dari hasil
pemampatan uji konsolidasi dipergunakan untuk mengontrol penurunan selama
pelaksanaan timbunan dengan menggunakan settlement plate yang dipasang dengan
interval 50 meter. Pada akhir penimbunan tambahan timbunan sebagai kompensasi
terhadap penurunan jangka panjang diberikan untuk menjamin agar permukaan jalan
sesuai dengan elevasi rencana.
Daerah Pulau Setoko dan
Nipah di Kepulauan Riau merupakan dataran rendah yang jika dilihat dari
topografinya berada di bawah garis permukaan laut sehingga keadaan tanah pada
daerah ini sangat tergantung pada air pasang laut. Pengaruh air pasang ini
menyebabkan kondisi tanah nya yaitu basah atau lunak. Dari hasil pengujian
menggunakan pengeboran di dapatkan bahwa pada kedalaman 15 m keadaan tanah
masih lunak, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan jika diberi pembebanan
yang lebih maka tanah akan mengalami kelongsoran.
Untuk perencanaan konstruksi jalan pada lahan ini
pertama-tama yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap tanah itu
sendiri ( kadar air tanah ). Biasanya setelah pengambilan sampel lalu diuji
kembali ke laboratorium untuk mengetahui persentase kadar air yang dikandung
oleh tanah tersebut. Setelah itu pengkajian ulang apakah perlu di lakukan
penimbunan ulang untuk mendapatkan daya dukung tanah yang baik. Setelah itu
dilakukan penentuan pondasi yang cocok dengan penambahan kayu atau beton pada
pondasi konstruksi tanah.
2.
Studi
Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cakar Ayam
Peranan pondasi turut
menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade
terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi
hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah
membangun konstruksi di atas tanah lembek.
Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di
sesuaikan dengan besarnya beban yang harus didukung, tapi kurang
mempertimbangkan kondisi tanah lembek. Akibatnya, bangunan itu mengalami
penyusutan usia atau ketidakstabilan, seperti penurunan, condong, bahkan roboh.
Hal itu tentu merugikan pemilik dan kontraktor bersangkutan.
Perlakuan yang seimbang antara beban dan kondisi
tanah lembek perlu dipecahkan. Problema ini pernah dihadapi oleh Prof Dr Ir
Sedijatmo tahun 1961, ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara
listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta.
Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan
dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih
terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di
Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta
olah raga Asian Games 1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem
pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka
dicarilah sistem baru untuk mengatasi masalah itu. Lahirlah ide Ir Sedijatmo
untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang
didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit
(bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama
sistem pondasi cakar ayam. Perhitungan yang dipakai saat itu (1961), masih
kasar dengan dimensi 2,5 kali lebih besar dibanding dengan sistem pondasi cakar
ayam yang diterapkan sekarang. Meski begitu, ternyata biayanya lebih murah dan
waktunya lebih cepat daripada menggunakan tiang pancang biasa. Menara tersebut
dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol
yang sekarang sudah menjadi ka wasan industri.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang
di ciptakan oleh Prof Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan
tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya,
antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan
akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di
Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di
banyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11
negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia,
Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark. [Teknologi, No.6,
Th.I, Jan-Feb.1987].
HASIL ANALISA KASUS
Pondasi Cakar Ayam merupakan alternatif pilihan yang
utama dalam suatu pembangunan di daerah tanah lunak. Banyak bangunan yang telah menggunakan
sistem ini, antara lain: ratusan menara
PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta
dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta
Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang
dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai
kota.
Dalam pembangunan konstruksi jalan di Bandara
Soekarno-Hatta misalnya analisis mengenai kondisi tanah juga harus dilakukan.
Dan yang paling penting dalam penggunaan sistem pondasi cakar ayam adalah
penentuan jumlah tiang pancang ( cakar ) yang akan dipakai serta penentuan
dimensi pancang. Biasanya penentuan
jumlah tiang dan dimensi tiang harus dapat menampung jumlah beban yang di
salurkan oleh konstruksi itu sendiri atau beban dari kendaraan atau beban
hidup.
Penambahan
Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang
merata. Sistem pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam
hal ini, di bagian bawah kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi
tegangan geser pada plat beton. Jika beban itu terpusat, maka tebal plat beton
di bawah pusat beban ditentukan oleh besarnya daya geser, bukan oleh besarnya
momen, untuk ini dilakukan penambahan pertebalan plat beton dibawah kolom
bersangkutan.
3.
Studi
Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cerucuk
Sistem Pondasi Cerucuk banyak dipergunakan pada
konstruksi jalan raya. Mengkombinasikannya dengan matras beton pracetak seperti
yang telah diterapkan pada proyek jalan di Ancol atau Cirebon. Kombinasi ini
juga dipergunakan untuk memperbaiki kondisi jalan tol Sudiatmo yang telah
mengalami penurunan (settlement) dan proyek double track Cikampek. Selain
dipergunakan untuk memperkuat tanah lunak, sistem pondasi cerucuk juga dapat
dipergunakan untuk menjaga stabilitas talud (Ciganea) untuk mencegah longsor.
“Sistem Pondasi Ceruruk ini terbukti efektif untuk memperkuat daya topang
tanah,” kata Simanjuntak.
HASIL
ANALISA KASUS
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa penggunaan
sistem pondasi cerucuk harus dikombinasikan dengan penambahan matras beton
pracetak seperti pada jalan Ancol atau Cirebon. Dari kasus ini dapat di analisi
bahwa penambahan matras beton sangat mendukung sekali karena menambah atau
melapisi tanah lunak sehingga daya dukung tanah terhadap beban bertambah. Dan
pembangunan jalan pada daerah lereng yang kondisi tanahnya basah, sistem ini
dapat menghindarkan dari adanya longsor akibat gaya gravitasi.
ANALISIS
STABILITAS LERENG PADA BADAN JALAN DAN PERENCANAAN PERKUATAN DINDING PENAHAN
TANAH
(Studi
Kasus Jalan Raya Selemadeg, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
Tabanan).
PENDAHULUAN
Lereng adalah suatu
permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang
horizontal. Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda
ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang
lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah bawah yang disebut dengan
gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor. Di desa Bantas
kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan terdapat daerah berlereng yang
tingginya 22 meter dengan kondisi tanah secara visual adalah tanah lempung dan
sangat rawan akan bahaya kelongsoran. Pada daerah ini dilalui oleh jalan raya
yang menghubungkan kota Denpasar-Gilimanuk dengan arus lalu lintas yang tinggi.
Pada saat musim hujan bulan Januari 2006 lereng ini longsor, sehingga
mengganggu lalu lintas dan menyebabkan kemacetan yang panjang.
Untuk mencegah
terjadinya kelongsoran susulan pada lereng tersebut dan menanggulangi lereng
yang sudah longsor, diperlukan suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk
menahan kelongsoran. Dalam hal ini akan dianalisis stabilitas lereng pada badan
jalan dan perencanaan perkuatan dinding penahan tanah (Retaining Wall) yang
digunakan untuk meningkatkan kestabilan lereng.
Untuk mendukung
analisis dan perencanaan perkuatan diperlukan parameter – parameter tanah
dengan penyelidikan tanah di lapangan secara langsung dengan mengambil sampel
secara acak sesuai denganNbeda ketinggian di lokasi. Sample tanahNyang diambil
merupakan tanah yang telah terganggu (disturb samples) dan contoh tanah yang
tidak terganggu yang berupa bongkahan-bongkahan besar (undisturb samples) yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan penyelidikan di laboratorium.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan terhadap kestabilan
lereng pada badan jalan di desa Bantas kecamatan Selemadeg-Tabanan, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa kemantapan lereng
dengan menggunakan cara analitis, yaitu dengan Metode Irisan Bishop yang
disederhanakan diketahui bahwa nilai rata-rata keamanan lereng pada kontur
alami < 1 untuk lereng bagian bawah badan jalan (lereng 1), sehingga
memerlukan dinding penahan tanah setinggi lereng tersebut yaitu 8 meter. Pada
lereng bagian atas badan jalan (lereng 2), untuk mencapai keamanan sebesar
2,056 memerlukan dinding 1,5 meter. Sedangkan untuk mencapai nilai keamanan
> 1 (lereng3) diusahakan dengan mengurangi kecuraman lereng.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah lereng
bagian atas badan jalan dibangun dinding penahan setinggi 1,5m tipe gravitasi
(dengan rusuk) dengan pasangan batu kali didapatkan angka stabilitas terhadap
guling = 4,918 > 1,5. Stabilitas terhadap geser = 1,675 > 1,5. Stabilitas
terhadap daya dukung tanah; smin = 1,921 t/m2 > 0 dan untuk smaks = 4,372
t/m2 < s =7,167 t/m2 . Untuk lereng pada bagian bawah badan jalan yang
menggunakan dinding penahan tanah tipe kantilever dengan beton bertulang,
diperoleh hasil stabilitas terhadap guling = 4,339 > 1,5. Stabilitas
terhadap geser = 1,541 > 1,5. Stabilitas terhadap daya dukung tanah; smin =
11,963 > 0 dan smaks = 19,903 < s = 99,365 t/m2. Tulangan pada badan
dinding dan pondasi dinding dipasang tulangan tarik D19-70, tulangan tekan
D19-140, dan tulangan memanjang D13-160.
PENGADAAN TANAH
PEMBANGUNAN TOL
KANCI-PEJATEN
Studi
Kasus: Upaya Sukses Perolehan Tanah
Pembangunan Tol Kanci
Pejagan merupakan bagian dari pembangunan tol Lintas Jawa yang sudah
direncanakan oleh pemerintah. Tol Lintas Jawa dimaksudkan untuk mengatasi dan
mengantisipasi peningkatan kepadatan lalu lintas sebagai konsekuensi
peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang telah menyebabkan
terjadinya kemacetan lalu lintas.
Lalu lintas di jalan-jalan Pantai utara Pulau Jawa merupakan bagian
dari jalur jalan yang kepadatan lalu lintas sangat tinggi karena merupakan
jalur perekonomian. Namun keterbatasan infrastruktur jalan di jalur ini di
tengah-tengah peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah menjadikannya
sebagai jalur yang mengalami kemacetan yang tinggi. Simpul kemacetan di
antaranya berada pada jalur antara Cirebon-Brebes karena jalur ini merupakan
lokasi bottleneck lalu lintas baik dari arah barat setelah
keluar dari tol Cikampek maupun dari arah timur sebagai pertemuan antara lalu
lintas dari arah Surabaya – Semarang dan dari arah Yogyakarta-Purwokerto.
Pembangunan tol Kanci Pejagan antara Cirebon dengan Brebes merupakan bagian tol
untuk mengatasi kemacetan yang telah menimbulkan kerugian sosial ekonomi bagi
masyarakat. Keberhasilan pembangunan tol Kanci Pejagan disebabkan oleh faktor
lancarnya penyediaan tanah yang selalu menjadi hambatan utama bagi pembangunan
bagi kepentingan umum. Kesuksesan pengadaan tanah bagi pembangunan tol Kanci
Pejagan dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah dan swasta yang terlibat dalam
pembangunan tol maupun pembangunan kepentingan umum lainnya.
Studi kasus ini mengkaji cerita sukses perolehan tanah khususnya
pelibatan PT Semesta Marga Raya dalam pembangunan tol dan pengadaan tanahnya,
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong kelancaran pengadaan
tanah, dan upaya yang dilakukan PT Semesta Marga Raya untuk mendorong warga
masyarakat melepaskan hak atas tanah bagi pembangunan tol Kanci Pejagan. Data
dalam kajian ini di samping diperoleh dari Bakri Toll Development serta internet
berkenaan dengan pembangunan tol Kanci Pejagan dan Pengadaan tanahnya.
Temuan kajian bahwa keterlibatan swasta dalam pengadaan tanah dilakukan
melalui Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol dengan menempatkan pemerintah dan
swasta dalam kedudukan yang kompleks, pelaksanaan
pengadaan tanah berjalan cepat dan lancar karena adanya dukungan dan sinerjitas
antara pemerintah dan swasta.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetrisno,
Fadly Rafzian,2010 Konstruksi Jalan di
Atas Lahan Basah.Universitas Riau. Pada http://fadlysutrisno.wordpress.com/
Tjokorda
Gde Suwarsa Putra, Made Dodiek Wirya Ardana dan Made Aryati. 2010. Analisis Stabilitas Lereng Pada Badan Jalan
Dan Perencanaan Perkuatan Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus Jalan Raya
Selemadeg, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan).
Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Udayana, Denpasar
Prof.
Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si, dan Dr. Ir. Tri Tjahjono, M.Sc.. Pengadaan Tanah Pembangunan Tol
Kanci-Pejaten (Studi Kasus: Upaya Sukses Perolehan Tanah). Komite
Ilmiah pada Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar