Selasa, 07 Oktober 2014

JALAN RAYA

STUDI KASUS KONSTRUKSI JALAN DI ATAS LAHAN BASAH DENGAN PERKUATAN GEOTEXTILE , SISTEM PONDASI CAKAR AYAM DAN SISTEM PONDASI CERUCUK

1.      Metoda Perencanaan Dengan Analisa Limit Equilibrium
Sebagai studi kasus , pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotextile di Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau. Jalan yang dibangun di daerah ini melewati beberapa dataran rendah yang tertutup tanaman bakau dan terpengaruh pasang surut. Penyelidikan tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa lapisan tanah lunak sampai kedalaman 15m di bawah permukaan tanah. Nilai dari hasil pemampatan uji konsolidasi dipergunakan untuk mengontrol penurunan selama pelaksanaan timbunan dengan menggunakan settlement plate yang dipasang dengan interval 50 meter. Pada akhir penimbunan tambahan timbunan sebagai kompensasi terhadap penurunan jangka panjang diberikan untuk menjamin agar permukaan jalan sesuai dengan elevasi rencana.
Daerah Pulau Setoko dan Nipah di Kepulauan Riau merupakan dataran rendah yang jika dilihat dari topografinya berada di bawah garis permukaan laut sehingga keadaan tanah pada daerah ini sangat tergantung pada air pasang laut. Pengaruh air pasang ini menyebabkan kondisi tanah nya yaitu basah atau lunak. Dari hasil pengujian menggunakan pengeboran di dapatkan bahwa pada kedalaman 15 m keadaan tanah masih lunak, sehingga dari hasil analisis yang dilakukan jika diberi pembebanan yang lebih maka tanah akan mengalami kelongsoran.
Untuk perencanaan konstruksi jalan pada lahan ini pertama-tama yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap tanah itu sendiri ( kadar air tanah ). Biasanya setelah pengambilan sampel lalu diuji kembali ke laboratorium untuk mengetahui persentase kadar air yang dikandung oleh tanah tersebut. Setelah itu pengkajian ulang apakah perlu di lakukan penimbunan ulang untuk mendapatkan daya dukung tanah yang baik. Setelah itu dilakukan penentuan pondasi yang cocok dengan penambahan kayu atau beton pada pondasi konstruksi tanah.
2.      Studi Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cakar Ayam
Peranan pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah membangun konstruksi di atas tanah lembek.
Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di sesuaikan dengan besarnya beban yang harus didukung, tapi kurang mempertimbangkan kondisi tanah lembek. Akibatnya, bangunan itu mengalami penyusutan usia atau ketidakstabilan, seperti penurunan, condong, bahkan roboh. Hal itu tentu merugikan pemilik dan kontraktor bersangkutan.
Perlakuan yang seimbang antara beban dan kondisi tanah lembek perlu dipecahkan. Problema ini pernah dihadapi oleh Prof Dr Ir Sedijatmo tahun 1961, ketika sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta.
Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.
Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru untuk mengatasi masalah itu. Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.
Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Perhitungan yang dipakai saat itu (1961), masih kasar dengan dimensi 2,5 kali lebih besar dibanding dengan sistem pondasi cakar ayam yang diterapkan sekarang. Meski begitu, ternyata biayanya lebih murah dan waktunya lebih cepat daripada menggunakan tiang pancang biasa. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi ka wasan industri.
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan oleh Prof Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Sistem pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 negara, yaitu: Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark. [Teknologi, No.6, Th.I, Jan-Feb.1987].
HASIL ANALISA KASUS
Pondasi Cakar Ayam merupakan alternatif pilihan yang utama dalam suatu pembangunan di daerah tanah lunak.  Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem  ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota.
Dalam pembangunan konstruksi jalan di Bandara Soekarno-Hatta misalnya analisis mengenai kondisi tanah juga harus dilakukan. Dan yang paling penting dalam penggunaan sistem pondasi cakar ayam adalah penentuan jumlah tiang pancang ( cakar ) yang akan dipakai serta penentuan dimensi pancang.  Biasanya penentuan jumlah tiang dan dimensi tiang harus dapat menampung jumlah beban yang di salurkan oleh konstruksi itu sendiri atau beban dari kendaraan atau beban hidup.
Penambahan    Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang merata. Sistem pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam hal ini, di bagian bawah kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi tegangan geser pada plat beton. Jika beban itu terpusat, maka tebal plat beton di bawah pusat beban ditentukan oleh besarnya daya geser, bukan oleh besarnya momen, untuk ini dilakukan penambahan pertebalan plat beton dibawah kolom bersangkutan.
3.      Studi Kasus Konstruksi Jalan Sistem Pondasi Cerucuk
Sistem Pondasi Cerucuk banyak dipergunakan pada konstruksi jalan raya. Mengkombinasikannya dengan matras beton pracetak seperti yang telah diterapkan pada proyek jalan di Ancol atau Cirebon. Kombinasi ini juga dipergunakan untuk memperbaiki kondisi jalan tol Sudiatmo yang telah mengalami penurunan (settlement) dan proyek double track Cikampek. Selain dipergunakan untuk memperkuat tanah lunak, sistem pondasi cerucuk juga dapat dipergunakan untuk menjaga stabilitas talud (Ciganea) untuk mencegah longsor. “Sistem Pondasi Ceruruk ini terbukti efektif untuk memperkuat daya topang tanah,” kata Simanjuntak.
HASIL ANALISA KASUS
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa penggunaan sistem pondasi cerucuk harus dikombinasikan dengan penambahan matras beton pracetak seperti pada jalan Ancol atau Cirebon. Dari kasus ini dapat di analisi bahwa penambahan matras beton sangat mendukung sekali karena menambah atau melapisi tanah lunak sehingga daya dukung tanah terhadap beban bertambah. Dan pembangunan jalan pada daerah lereng yang kondisi tanahnya basah, sistem ini dapat menghindarkan dari adanya longsor akibat gaya gravitasi.





ANALISIS STABILITAS LERENG PADA BADAN JALAN DAN PERENCANAAN PERKUATAN DINDING PENAHAN TANAH
(Studi Kasus Jalan Raya Selemadeg, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan).
PENDAHULUAN
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah bawah yang disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor. Di desa Bantas kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan terdapat daerah berlereng yang tingginya 22 meter dengan kondisi tanah secara visual adalah tanah lempung dan sangat rawan akan bahaya kelongsoran. Pada daerah ini dilalui oleh jalan raya yang menghubungkan kota Denpasar-Gilimanuk dengan arus lalu lintas yang tinggi. Pada saat musim hujan bulan Januari 2006 lereng ini longsor, sehingga mengganggu lalu lintas dan menyebabkan kemacetan yang panjang.
Untuk mencegah terjadinya kelongsoran susulan pada lereng tersebut dan menanggulangi lereng yang sudah longsor, diperlukan suatu konstruksi yang mempunyai fungsi untuk menahan kelongsoran. Dalam hal ini akan dianalisis stabilitas lereng pada badan jalan dan perencanaan perkuatan dinding penahan tanah (Retaining Wall) yang digunakan untuk meningkatkan kestabilan lereng.
Untuk mendukung analisis dan perencanaan perkuatan diperlukan parameter – parameter tanah dengan penyelidikan tanah di lapangan secara langsung dengan mengambil sampel secara acak sesuai denganNbeda ketinggian di lokasi. Sample tanahNyang diambil merupakan tanah yang telah terganggu (disturb samples) dan contoh tanah yang tidak terganggu yang berupa bongkahan-bongkahan besar (undisturb samples) yang selanjutnya dipakai sebagai bahan penyelidikan di laboratorium.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan perhitungan terhadap kestabilan lereng pada badan jalan di desa Bantas kecamatan Selemadeg-Tabanan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisa kemantapan lereng dengan menggunakan cara analitis, yaitu dengan Metode Irisan Bishop yang disederhanakan diketahui bahwa nilai rata-rata keamanan lereng pada kontur alami < 1 untuk lereng bagian bawah badan jalan (lereng 1), sehingga memerlukan dinding penahan tanah setinggi lereng tersebut yaitu 8 meter. Pada lereng bagian atas badan jalan (lereng 2), untuk mencapai keamanan sebesar 2,056 memerlukan dinding 1,5 meter. Sedangkan untuk mencapai nilai keamanan > 1 (lereng3) diusahakan dengan mengurangi kecuraman lereng.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah lereng bagian atas badan jalan dibangun dinding penahan setinggi 1,5m tipe gravitasi (dengan rusuk) dengan pasangan batu kali didapatkan angka stabilitas terhadap guling = 4,918 > 1,5. Stabilitas terhadap geser = 1,675 > 1,5. Stabilitas terhadap daya dukung tanah; smin = 1,921 t/m2 > 0 dan untuk smaks = 4,372 t/m2 < s =7,167 t/m2 . Untuk lereng pada bagian bawah badan jalan yang menggunakan dinding penahan tanah tipe kantilever dengan beton bertulang, diperoleh hasil stabilitas terhadap guling = 4,339 > 1,5. Stabilitas terhadap geser = 1,541 > 1,5. Stabilitas terhadap daya dukung tanah; smin = 11,963 > 0 dan smaks = 19,903 < s = 99,365 t/m2. Tulangan pada badan dinding dan pondasi dinding dipasang tulangan tarik D19-70, tulangan tekan D19-140, dan tulangan memanjang D13-160.



PENGADAAN TANAH
PEMBANGUNAN TOL KANCI-PEJATEN
Studi Kasus: Upaya Sukses Perolehan Tanah

Pembangunan Tol Kanci Pejagan merupakan bagian dari pembangunan tol Lintas Jawa yang sudah direncanakan oleh pemerintah. Tol Lintas Jawa dimaksudkan untuk mengatasi dan mengantisipasi peningkatan kepadatan lalu lintas sebagai konsekuensi peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang telah menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas.
Lalu lintas di jalan-jalan Pantai utara  Pulau Jawa merupakan bagian dari jalur jalan yang kepadatan lalu lintas sangat tinggi karena merupakan jalur perekonomian. Namun keterbatasan infrastruktur jalan di jalur ini di tengah-tengah peningkatan jumlah kendaraan bermotor  telah menjadikannya sebagai jalur yang mengalami kemacetan yang tinggi. Simpul kemacetan di antaranya berada pada jalur antara Cirebon-Brebes karena jalur ini merupakan lokasi bottleneck lalu lintas baik dari arah barat setelah keluar dari tol Cikampek maupun dari arah timur sebagai pertemuan antara lalu lintas dari arah Surabaya – Semarang dan dari arah Yogyakarta-Purwokerto.  Pembangunan tol Kanci Pejagan antara Cirebon dengan Brebes merupakan bagian tol untuk mengatasi kemacetan yang telah menimbulkan kerugian sosial ekonomi bagi masyarakat. Keberhasilan pembangunan tol Kanci Pejagan disebabkan oleh faktor lancarnya penyediaan tanah yang selalu menjadi hambatan utama bagi pembangunan bagi kepentingan umum. Kesuksesan pengadaan tanah bagi pembangunan tol Kanci Pejagan dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah dan swasta yang terlibat dalam pembangunan tol maupun  pembangunan kepentingan umum lainnya.
Studi  kasus ini mengkaji cerita sukses perolehan tanah khususnya pelibatan PT Semesta Marga Raya dalam pembangunan tol dan pengadaan tanahnya, upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong kelancaran pengadaan tanah, dan upaya yang dilakukan PT Semesta Marga Raya untuk mendorong warga masyarakat melepaskan hak atas tanah bagi pembangunan tol Kanci Pejagan. Data dalam kajian ini di samping diperoleh dari Bakri Toll Development serta internet berkenaan dengan pembangunan tol Kanci Pejagan dan Pengadaan tanahnya.
Temuan kajian bahwa keterlibatan swasta dalam pengadaan tanah dilakukan melalui Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol dengan menempatkan pemerintah dan swasta dalam kedudukan yang kompleks, pelaksanaan pengadaan tanah berjalan cepat dan lancar karena adanya dukungan dan sinerjitas antara pemerintah dan swasta.







DAFTAR PUSTAKA
Soetrisno, Fadly Rafzian,2010 Konstruksi Jalan di Atas Lahan Basah.Universitas Riau. Pada http://fadlysutrisno.wordpress.com/

Tjokorda Gde Suwarsa Putra, Made Dodiek Wirya Ardana dan Made Aryati. 2010. Analisis Stabilitas Lereng Pada Badan Jalan Dan Perencanaan Perkuatan Dinding Penahan Tanah (Studi Kasus Jalan Raya Selemadeg, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar


Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si, dan Dr. Ir. Tri Tjahjono, M.Sc.. Pengadaan Tanah Pembangunan Tol Kanci-Pejaten (Studi Kasus: Upaya Sukses Perolehan Tanah). Komite Ilmiah pada Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar